Metafisika
Istilah metafisika berasal dari kata Yunani, meta ta physika yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda-benda fisik dengan meniadakan yang lahir.[1] Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas persoalan tentang keberadaan (being) atau eksistensi (existence).[2] Menambahkan definisi dari pada metafisika dalam buku Pengantar Filsafat oleh Burhanuddin Salam, bahwa metafisika merupakan hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat transcendental, yaitu di luar atau diatas kemampuan dan jangkauan pengalaman manusia.[3] Atau dalam bahasa Arab biasanya dikenal dengan istilah ma wara'a al-thabi'ah.
Istilah ini berbeda lagi dengan istilah yang digunakan oleh Aristoteles tidak menggunakan istilah metafisika, melainkan proto philosophia atau first philosophy (filsafat pertama). Artinya, istilah ini pertama dimuat dengan usaha untuk menjelaskan tentang sifat yang terdalam (ultimate nature) dari kenyataan atau keberadaan, sesuatu yang ada di belakang gejal-gejala fisik sepertii bergerak, berubah, hidup, dan mati.[4] Dengan demikian, metafisika merupakan pembahasan dari pada cabang tertua dari filsafat yang spekulatif filosofis tentang realitas yang tidak dapt dicapai melalui indera.
Problema metafisika erat hubungannya dengan sebuah konsepsi seseorang tentang watak yang fundamental dari alam. Dan banyak dari pada filosof-filosof yang percaya bahwa dalam diri manusia ada sesuatu yang lebih tinggi dari pada alam empiris, yaitu metafisika.[5]
[1] Muhammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, Tintamas & Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1986, hal: 48
[2] Drs. Rizal Mustansyir & Drs. Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal: 10-11
[5] Titus, Smith, & Nolan, Persoalan-Persoalan Filsafat, diterjemahkan oleh Prof. Dr. H. M. Rasjidi, Bulan Bintang, Jakarta, 1984, hal: 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar